Berdiri 8 Jam di Lingkaran: Mengapa Metode “Lingkaran Ohno” yang Ekstrem Menjadi Kunci Melahirkan Sensei Terbaik Toyota
Taiichi Ohno, yang dikenal sebagai Bapak Toyota Production System (TPS), dihormati sebagai seorang “master” dan “sensei” (guru terhormat). Metode pengajarannya sangat fokus pada pengalaman langsung (hands-on) dan dirancang untuk mengembangkan pola pikir ilmiah dan kemampuan memecahkan masalah dalam diri murid-muridnya.
Berikut adalah cara utama Taiichi Ohno mengajar murid-muridnya, berdasarkan sumber yang tersedia:
1. Memberikan Tantangan yang Tampak Mustahil
Ohno selalu memulai pengajarannya dengan tantangan untuk mencapai sesuatu yang tampaknya mustahil.
- Tantangan ini memaksa peserta didik untuk berpikir, berpikir, berpikir, dan memperbaiki (improve).
- Salah satu contohnya adalah ketika ia menantang seorang manajer pabrik (Mitsuru Kawai) untuk meningkatkan produktivitas sebesar 2% setiap bulan selama 50 tahun, terlepas dari tingkat otomatisasi proses.
2. Melatih Observasi Mendalam (Genchi Genbutsu)
Metode pengajaran Ohno yang paling terkenal untuk melatih observasi mendalam adalah “Lingkaran Ohno” (Ohno Circle).
- Lingkaran Ohno: Murid-muridnya diminta menggambar lingkaran di lantai pabrik, lalu disuruh untuk “Berdiri di sana dan amati prosesnya dan pikirkan sendiri”.
- Ohno tidak memberikan petunjuk apa pun tentang apa yang harus diamati, yang ia sebut sebagai esensi sebenarnya dari TPS.
- Seorang murid, Teruyuki Minoura, mengingat harus berdiri di lingkaran selama delapan jam.
- Setelah periode observasi, Ohno akan bertanya apa yang mereka lihat. Namun, ia mungkin hanya menanggapi dengan lembut, “Pulanglah,” tanpa memberikan umpan balik apa pun, mengajarkan kekuatan observasi mendalam.
- Murid diminta untuk mengamati lantai produksi tanpa prasangka dan dengan pikiran kosong (blank mind), lalu mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi apa yang mereka pelajari melalui indra mereka.
3. Mendorong Eksperimen dan Tindakan Cepat (Kaizen)
Ohno menekankan bahwa proses belajar harus didasarkan pada tindakan (action), bukan diskusi teoritis semata.
- Fokus pada Akar Masalah: Ohno menekankan bahwa pemecahan masalah yang sejati memerlukan identifikasi “akar penyebab” (root cause) dan bukan sekadar sumber masalah. Untuk mencari akar penyebab, ia memerintahkan muridnya untuk pergi ke gemba (tempat kerja nyata).
- Kecepatan Perbaikan: Ia menantang muridnya untuk melakukan eksperimen dan perubahan sesering mungkin. Salah satu murid (Dallis) ditantang untuk membuat 50 perubahan dalam tiga hari, atau sekitar 1 perubahan setiap 22 menit.
- “Coba Sesuatu dan Lakukan Sekarang”: Ohno selalu mengatakan, “Coba sesuatu dan lakukan sekarang” (“Try something and do it now”), dan kegagalan dapat diterima asalkan murid-muridnya belajar dari kesalahan tersebut.
- Sistem yang Memaksa Perbaikan: Ohno mengajarkan bahwa mengurangi tingkat inventaris akan memaksa semua orang untuk segera memecahkan masalah ketika produksi terhenti. Melalui pemecahan masalah ini, anggota tim akan tumbuh dan menjadi lebih baik.
4. Pengembangan Orang dan Akuntabilitas
Ohno memandang bahwa peran pemimpin adalah untuk mengembangkan orang lain.
- Umpan Balik Kritis dan Terstruktur: Ohno bisa sangat kritis ketika ia melihat sesuatu yang salah. Namun, pada akhir hari, ia akan mengumpulkan semua orang untuk menjelaskan mengapa ia kritis pada hari itu. Hal ini dihargai oleh para pekerja karena ia tertarik untuk mengembangkan potensi setiap orang.
- Pengembangan Internal: Ia memimpin pembentukan Operations Management Consulting Division (OMCD) pada tahun 1968, sebuah korps elit yang bertujuan untuk melatih insinyur produksi muda menjadi pemimpin manufaktur dengan praktik langsung di Toyota dan pemasoknya.
- Hasil Akhir: Murid-murid yang berhasil menyelesaikan pelatihan intensif (seperti jishuken) yang keras ala Ohno merasakan kepercayaan diri yang jauh lebih besar.
Secara keseluruhan, metode pengajaran Ohno adalah non-konvensional, berbasis gemba, dan sangat menuntut, di mana ia menggunakan tantangan dan masalah yang ada sebagai alat utama untuk melatih kemampuan berpikir ilmiah dan kepemimpinan pada murid-muridnya.