Mundurnya Kiichiro Toyoda adalah salah satu Pengalaman Pahit dari sejarah Toyota
Peristiwa pengunduran diri Kiichiro Toyoda, pendiri Toyota Motor Company, pada tahun 1950 merupakan momen penting dalam sejarah perusahaan yang memberikan pelajaran mendalam tentang kepemimpinan dan kemandirian finansial.
Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab ia dipaksa mengundurkan diri dan pelajaran berharga yang ditarik dari peristiwa tersebut, berdasarkan sumber:
1. Penyebab Kiichiro Toyoda Dipaksa Mengundurkan Diri
Kiichiro Toyoda menghadapi tantangan besar karena kondisi bisnis yang sulit di Jepang pascaperang, yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
A. Krisis Keuangan dan Utang yang Mengerikan Meskipun ekonomi Jepang pulih di bawah pendudukan, inflasi merajalela (rampant inflation) mengikis nilai uang, dan perusahaan kesulitan mendapatkan pembayaran dari pelanggan.
- Arus kas (cash flow) menjadi sangat buruk sehingga pada satu titik di tahun 1948, utang Toyota mencapai delapan kali total nilai modalnya.
- Untuk menghindari kebangkrutan, Toyota menerapkan kebijakan pemotongan biaya yang ketat, termasuk pemotongan gaji sukarela oleh manajer dan pengurangan gaji 10% untuk semua karyawan. Namun, langkah-langkah ini tidak cukup.
B. Tekanan untuk Melakukan PHK Meskipun Toyota memiliki kebijakan untuk tidak memecat karyawan, situasi keuangan memaksa Kiichiro Toyoda untuk meminta 1.600 pekerja untuk “pensiun” secara sukarela.
- Tindakan ini, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Toyota, memicu penghentian kerja (work stoppages) dan demonstrasi publik oleh para pekerja.
- Pengunduran diri Kiichiro Toyoda sebagian besar didorong oleh tekanan dari pemberi pinjaman (money lenders) yang bersikeras agar Kiichiro memberhentikan lebih banyak karyawan, meskipun ia sebelumnya telah berjanji kepada serikat pekerja bahwa ia tidak akan melakukan PHK lebih lanjut.
- Ketika Kiichiro menolak melanggar janji tersebut, para pemberi pinjaman kemudian menekannya untuk mengundurkan diri.
Kiichiro Toyoda akhirnya menerima tanggung jawab atas keruntuhan perusahaan mobil tersebut dan mengundurkan diri sebagai presiden.
2. Pelajaran yang Ditarik dari Peristiwa Tersebut
Pengunduran diri Kiichiro Toyoda menghasilkan pembelajaran yang mendalam dan menjadi bagian integral dari filosofi The Toyota Way yang bertahan hingga hari ini:
A. Pentingnya Mengambil Tanggung Jawab (Akuntabilitas) Kiichiro Toyoda mengambil pendekatan yang berbeda dari CEO perusahaan yang gagal pada umumnya, yaitu dengan menerima tanggung jawab atas kebangkrutan perusahaan dan mengundurkan diri sebagai presiden.
- Pengorbanan pribadinya yang besar ini membantu meredakan ketidakpuasan pekerja dan memulihkan perdamaian perburuhan (labor peace).
- Tindakan ini menjadi contoh kepemimpinan (leading by example) yang luar biasa, mengajarkan filosofi Toyota untuk berpikir melampaui kepentingan individu demi kebaikan jangka panjang perusahaan, serta mengambil tanggung jawab atas masalah.
B. Prinsip Kemandirian (Self-Reliance) Peristiwa ini mengajarkan Toyota bahwa mereka tidak boleh lagi membiarkan agen luar (seperti pemberi pinjaman) menentukan nasib perusahaan. Prinsip ini kemudian menjadi kemandirian (self-reliance).
- Untuk mendukung kemandirian ini, Toyota merumuskan Aturan Keuangan pertama: “Ketahuilah bahwa semua pinjaman adalah musuh yang menakutkan,” dan “Uang adalah sekutu yang dapat dipercaya hanya ketika itu milik Anda sendiri; hanya ketika Anda mendapatkannya sendiri”.
- Filosofi ini menjelaskan mengapa Toyota konsisten mengumpulkan cadangan kas yang besar (misalnya, mencapai rekor $57,5 miliar pada 2019), mematuhi nasihat “menabung untuk hari hujan” (save for a rainy day), dan mengutamakan stabilitas di tengah gejolak pasar.
C. Fondasi Kepercayaan Karyawan Meskipun Kiichiro terpaksa melakukan PHK, pengorbanannya memperkuat komitmen Toyota terhadap keamanan kerja (job security). Tindakan ini membangun kepercayaan, yang menjadi fondasi penting dalam manajemen sumber daya manusia yang menghormati karyawan.
Singkatnya, pengunduran diri Kiichiro Toyoda, meskipun merupakan kerugian pribadi, memperkuat DNA Toyota-yang terdiri dari komitmen jangka panjang, tanggung jawab, dan kemandirian finansial-yang sangat penting bagi keberhasilan perusahaan di masa depan.